Cerita Rakyat Indonesia – Kisah Jaka Tarub – Cerita Rakyat Jaka Tarub adalah dongeng rakyat nusantara yang benar-benar populer di Indonesia. Walaupun demikian sebetulnya dongeng Jaka Tarub punyai banyak versi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Malam ini Kakak akan menceritakan tidak benar satu versi terbaik dari cerita rakyat Joko Tarub. Selamat membaca.
Cerita Rakyat Indonesia – Kisah Jaka Tarub
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah seorang Janda bernama Mbok Randa. Ia tinggal seorang diri sebab suaminya telah lama meninggal dunia. Suatu hari, ia mengangkat seorang anak lelaki menjadi anaknya. Anak angkatnya diberi nama Jaka Tarub. Jaka Tarub pun tumbuh beranjak dewasa.
Jaka Tarub menjadi pemuda yang benar-benar tampan, gagah, dan baik hati. Ia juga punyai kesaktian. Setiap hari, ia selamanya menunjang ibunya di sawah. Karena punyai muka yang benar-benar tampan banyak gadis-gadis cantik yang menginginkan menjadi istrinya. Namun, ia belum menginginkan menikah.
Setiap hari ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk langsung menikah. Namun, lagi-lagi ia menolak permintaan ibunya. Suatu hari Mbok Randa jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya. Jaka Tarub benar-benar sedih.
Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladangnya terbengkalai.
Sia-sia saya bekerja. Untuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub.
Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan Daging Rusa. Pada selagi ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Dari pagi sampai siang hari ia berjalan. Namun, ia serupa sekali tidak menjumpai Rusa. Jangankan Rusa, Kancil pun tidak ada.
Suatu ketika, ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia menyaksikan para bidadari sedang mandi disana. Di telaga terlihat tujuh perempuan cantik sedang bermain-main air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub benar-benar terkejut menyaksikan kecantikan mereka.
Karena jaka Tarub menjadi terpikat oleh tujuh bidadari itu, pada akhirnya ia mengambil alih tidak benar satu selendangnya. Setelahnya para bidadari beres mandi, merekapun berdandan dan siap-siap untuk lagi ke kahyangan.
Mereka kembali mengenakan selendangnya masing-masing. Namun tidak benar satu bidadari itu tidak menemukan selendangnya. Keenam kakaknya ikut menunjang mencari, namun sampai senja tak ditemukan juga. Karena hari telah menjadi senja, Nawangwulan di tinggalkan seorang diri. Kakak-kakanya lagi ke Khayangan. Ia menjadi benar-benar sedih.
Tidak lama kemudian Jaka Tarub datang menghampiri dan berpura-pura menunjang sang Bidadari itu. Di ajaknya bidadari yang ternyata bernama Nawang Wulan itu pulang ke rumahnya. Kehadiran Nawang Wulan memicu Jaka Tarub lagi bersemangat.
Singkat cerita, merekapun pada akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan Bahagia. mereka pun punyai seorang putri cantik bernama Nawangsih. Sebelum mereka menikah, Nawang wulan mengingatkan kepada Jaka Tarub untuk tidak bertanya kebiasan yang akan dilakukannya nanti setelahnya ia menjadi istri.
Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selamanya memakai satu butir beras, dengan sebutir beras itu ia sanggup membuahkan nasi yang banyak. Setelah mereka menikah Jaka Tarub benar-benar penasaran. Namun, dia tidak bertanya langsung kepada Nawang wulan melainkan ia langsung mengakses dan menyaksikan panci yang bahagia dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia menyaksikan Setangkai padi masih tergolek di dalamnya, ia pun langsung menutupnya kembali. Akibat rasa penasaran Jaka Tarub. Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Sejak selagi itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi beras untuk dimasak, layaknya wanita umumnya.
Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawangwulan tanpa sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di pada tumpukan padi. ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh suaminya.
Nawang wulan pun menjadi benar-benar marah saat suaminyalah yang mengambil selendangnya. Akhirnya, ia mengambil keputusan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya supaya tidak pergi lagi ke kahyanngan, Namun Nawangwulan telah bulat tekadnya, sampai pada akhirnya ia pergi ke kahyangan. Namun ia selamanya sesekali turun ke bumi untuk menyusui bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh dengan Nawangsih saat Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga.
Jaka Tarub mencegah kesedihannya dengan sangat. Ia menginginkan muncul tegar. Setelah Jaka Tarub tunjukkan kesanggupannya untuk tidak bersua lagi dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub cuma sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada perihal lain yang sanggup dilakukannya selagi ini tak hanya memelihara Nawangsih dengan baik